Sterilisasi Perjuangan

geulanceng desain

Dengan tetap menaruh hormat pada pejuang yang hari ini makin buhuek dalam pertarungan politik internal karena di-buhuek-kan, kaos geulanceng ini menyorot perilaku 'pejuang' yang sama sekali tidak masuk gelanggang ketika huru-hara berkecamuk di negeri ini. Sementara bagi yang tidak turut ikut ambil bagian di garis terdepan kala perang berlansung pada tahun-tahun yang muram itu kerap dianggap oleh para (sekali lagi dalam tanda kutip) 'pejuang' sebagai penonton belaka. Tapi ini tak jadi soal. Sebab, kita bisa meyakinkan diri bahwa kita adalah penonton yang berpihak. Dan terhadap apa yang pernah kita alami, kita tetap berkepentingan untuk leubeuen atau bahasa Indonesia-nya cerewet ketika mendapati perilaku tak masuk akal orang-orang yang dulu pernah kita sanjung puji. 

Geulanceng merasa bahwa gelanggang perang kala itu tidak bisa secara sepihak diklaim sebagai arena dua pihak bertikai semata. Kita pernah ada di sana. Keciprat efek pertarungan mereka hingga anak-anak kita trauma berkepanjangan dan tak tahu sampai kapan akan pulih.

Untuk itu, sebagai penonton yang tahu mana pejuang dan mana bukan, kita tidak hanya bisa diam. Keadaan memang tak berubah hanya dengan sehelai kaos yang kata-katanya "berteriak". Namun, sebagai artefak konflik, geulanceng dan rakan sekalian telah dengan sadar membuat batas untuk tak sekonyong-konyong percaya pada 'pejuang' yang hadir ke hadapan kita. Para 'pejuang' yang ketika gelanggang perang telah digulung rapi dalam secarik MoU, hadir mengaku-mengaku diri pernah lage nyoe-pernah lage jeh sambil membersihkan kuku. 

Perjuangan adalah ruang steril yang harus dengan ketat dijaga nilai getarnya. Kehadiran para perompak berwajah pejuang akhir-akhir ini membuat ruang itu kian caprah dan mudah sekali ditembus oleh sesiapa yang punya jaringan dengan kalangan istana. Sterilisasi mesti terus ditingkatkan. Agar tak banyak pemain yang memanfaatkan permainan saat jeda. Demikian kira-kira.[]