"Untuk hal-hal yang telah terpikirkan dan kemudian terlupakan, kami mengemasnya dalam desain-desain ingatan."
Sabtu, 18 Januari 2014

Beberapa pelanggan pernah menanyakan, "Kenapa Geulanceng tidak mencetak kaosnya di Jakarta, Bandung, atau di Yogyakarta? Bukankah mencetak di sana, kualitas cetakan bisa lebih sempurna?" Pertanyaan begini adalah pertanyaan yang cukup membuat kami senang. Bahwa perhatian teman-teman pelanggan ternyata tidak hanya berkutat pada ide desain yang kami tawarkan saja. Tapi lebih dari itu. 

Pertanyaan seperti di atas kami artikan sebagai sebuah masukan. Sebuah nasehat yang patut dipertimbangkan. Namun, sampai desain terakhir bertema lamiet kami lempar ke pasar, Geulanceng masih saja mempertahankan untuk memproduksi semua desainnya dengan mengandalkan ahli cetak yang ada di Banda Aceh. Di daerah dimana Geulanceng memulai usahanya tanpa ada paksaan dari siapa pun, tanpa berafiliasi pada partai politik apa pun. Nb. kalimat terakhir agak tidak penting. Abaikan saja.

Bersoal kualitas, tak bisa dipungkiri, cetakan di luar seperti di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta memang lebih bermutu tenimbang hasil cetakan di Aceh. Ini tidak lain karena di kota-kota tersebut perihal cetak-mencetak sudah jadi bagian dari industri besar. Yang sudah barang tentu melibatkan banyak pekerja, peralatan canggih nan sempurna, yang tentu saja hanya bisa ditopang oleh jumlah modal dimana kami agak malas menyebutkan nominalnya berapa.

Tapi apa pasal Geulanceng masih bersikukuh mencetak karyanya di Banda Aceh? Jawabnya, cetakan di Banda Aceh tak kalah jauh dengan hasil cetakan di tiga kota seperti yang disebutkan tadi. Buktinya, dari beberapa desain yang telah dibeli-pakai, tidak ada pelanggan yang secara frontal menuntut bahwa kualitas cetakan sangat memalukan. Kecuali ada beberapa pelanggan yang mengatakan, hasil cetakan sudah cukup lumayan walau agak rentan dengan mesin cuci dan setrikaan. Ini alasan pertama.

Alasan kedua? Ini penting. Ihwal kami mempertahankan tetap mencetak kaos di Banda Aceh adalah soalan perputaran uang di kampung sendiri. Tidak di tempat lain. Adalah soal bagaimana mempertahankan ekonomi berputar di negeri sendiri. Kami beralasan bahwa zaman kapital begini, untuk menantang langsung secara terbuka sistemnya yang jahat itu adalah sia-sia belaka. Tapi sebagaimana sabda Rasulullah sallaahu 'alaihi wasallam, -"Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya,"- bahwa usaha yang kami lakukan ini adalah sesuai kadar tenaga yang ada.

Yaitu, dalam hal berputarnya uang di kampung sendiri, ketika melihat peluang menantang seperti disebutkan sebelumnya masih bisa dilakukan, maka kami tidak menyia-nyiakannya sama sekali.

Kami berpendapat bahwa pelbagai polemik yang mengemuka di tengah-tengah masyarakat kita sedikit banyaknya adalah gegara persoalan ekonomi belaka. Banyaknya muka-muka para caleg bergelantungan di baliho-baliho pinggir jalan tak lain karena kursi dewan legislatif di pemerintahan telah menjadi lapangan kerja baru bagi para pengangguran. Baik pengangguran intelektual maupun pengangguran yang dengan sengaja atau semena-mena menganggur-anggurkan diri.

Begitu juga halnya dengan antrian panjang para sarjana/sarjani saat test CPNS dibuka pemerintah. Ini adalah soalan tentang roda ekonomi kita yang pincang, di mana suatu ketika -bisa saja- masyarakat kita kehilangan jiwa berproduksi yang ditimbun sifat konsumtif belaka. Ini sangat berbahaya kami kira.

Maka untuk menghindari marabahaya yang sedang di depan mata itu, Geulanceng berusaha ubena kuasa untuk menolaknya. Salah satu caranya, ya dengan menempahkan tiap desain baju yang akan dilempar di pasar pada tukang-tukang tempat profesional yang ada di kampung sendiri. Walau agak sedikit mahal ongkosnya, kami kira tak mengapa. Sebab adalah lebih penting membangun perputaran ekonomi di kampung sendiri tenimbang membiarkannya masuk dalam kantong-kantong pengusaha luar yang memang sudah demikian tebal isinya. Begitu kira-kira.[]

1 komentar: