Doel CP Allisah & Reza, mugee bajee Geulanceng, di kediamannya medio Sept. 2013 |
Keakraban singkat yang terjalin denganmu, adalah suar bagi para pekarya muda sebagaimana pernah kami dapatkan pada beberapa kesempatan pertemuan. Dan keakraban itu terjalin alamiah saja.
Kau tak pernah menggurui kecuali kami selalu dapat menyerap banyak ilmu dari cerita-cerita pengalamanmu yang jika ditulis kembali bisa menghabiskan ribuan lembar halaman buku. Mulai dari cerita remeh temeh yang terlontar di Keudee Kupi Panamas, Ulee Kareng, sampai pada cerita-cerita serius seperti, pemetaan media cetak Aceh sekitar tahun-tahun di mana kami belum lahir di dunia, meriahnya Taman Budaya tempo doeloe, atau cerita bisnis batu cincin yang banyak digandrungi orang (termasuk dirimu) adalah hanya berdasar penyaluran hobi belaka, dan sangat jauh dari potensi ekonomi di belakangnya.
Tapi sejatinya, kau adalah penyair yang dengan kepekaan cara pandang terhadap pelbagai fakta telah melahirkan banyak puisi yang telah kami perbincangkan dalam beberapa kesempatan diskusi tak resmi. Memang, ada beberapa puisimu yang tidak kami sukai, yang untuk kemudian kami sepakat untuk 'mencemoohi'mu di mana pada kesempatan bertemu di lain waktu, kami sama-sama keder duluan oleh sikap akrabmu dalam bersanding bahu.
Kami ingat martabak traktiranmu di Keudee Kupi Panamas beberapa bulan lalu berikut kupi sikhan yang kita pesan barengan. Dan untuk dua ingatan terakhir ini kami tak sempat minta maaf serta tak sempat pula membalas traktiran sampai 2 April lewat kami terima pesan singkat tentang kepergianmu yang terasa begitu cepat. Lantas, beberapa saat kami membuang segala sibuk untuk mendoakanmu walau sebatas lafaz dari dalam hati.
Sepeninggalmu, kami tetap terus berkarya. Semangat yang terhantam oleh kabar kepergianmu cepat-cepat kami tata kembali, sebab kami cukup tahu kau bakal naik emosi jika para pemuda berhenti berkarya hanya gegara berita ajal yang lumrah terjadi bagi semua makhluk di dunia. Itu makanya, sampai detik ini juga kami terus saja memasang logika dan rasa peka baik-baik yang kelak melahirkan analogi-analogi karya dalam aneka media seni. Ini tentu saja seperti yang pernah kau sampaikan kepada kami, bahwa seni tidak hanya mesti tersalur dalam sebait puisi yang termuat di koran minggu yang keberadaan fisiknya kerap berakhir jadi alat pembungkus bada dan kemudian teronggok jadah dalam tong sampah.
Dari pembicaraanmu, kami mengerti semangat yang kau tularkan itu mesti dijaga dengan hasil karya yang berkelanjutan tanpa pernah mengenal kata bosan.
Untuk sekarang sampai esok nanti, sepeninggalmu yang masih terhitung bilangan hari, kami telah mengikrarkan diri bahwa apa yang kau sebutkan itu adalah serupa wasiat seorang ayah pada anaknya, guru pada muridnya, atau abang pada adiknya. Maka untuk menjaga itu wasiat, kami akan terus berkarya sampai usai usia kami di dunia.
Bang Doel, kau bukan orang besar. Kau adalah guru tak resmi yang telah kami absahkan sebagai seorang peutuha berjiwa besar yang dalam dunia literasi benar-benar punya nama besar. Selamat pulang.[]
Thank you, your article is very good
BalasHapusviagra asli
cialis asli
viagra jakarta
viagra asli jakarta
toko viagra jakarta
jual viagra jakarta
agen viagra jakarta
toko viagra asli
jual viagra asli
jual viagra
toko viagra
agen viagra
cialis jakarta
cialis asli jakarta
titan gel asli
titan gel jakarta
titan gel asli jakarta
viagra cod jakarta
obat viagra jakarta
obat viagra asli
viagra usa
viagra original
obat viagra
obat kuat viagra
jual cialis
toko cialis
obat cialis
obat cialis asli
obat kuat cialis
obat cialis jakarta
toko cialis jakarta
jual cialis jakarta
agen cialis jakarta
toko titan gel
jual titan gel
vitamale asli
permen soloco asli
maxman asli
vimax asli
viagra
titan gel
hammer of thor
hammer of thor asli
hammer of thor jakarta
hammer of thor asli jakarta