"Untuk hal-hal yang telah terpikirkan dan kemudian terlupakan, kami mengemasnya dalam desain-desain ingatan."
Senin, 22 Juni 2015


Kami kira, menjadi Geureuda adalah pilihan. sebagaimana memilih untuk golput atau menyobek-nyobek kertas suara dalam pemilu. Lantaran, geureuda amatlah manusiawi. Apalagi, saat kesempatan untuk meng-geureuda-kan diri terbuka lebar saat misalnya mencapai posisi anggota dewan, ureung bagi bu mulod, awak bagi kanji rumbi bulan puasa hingga menjadi otoritas pengatur keuangan negara di tingkat lokal.

Geureuda di zaman canggih ini tentu tak sesederhana jatah-menjatahi. Sekarang anggaran negara bisa 'dimainkan', dimark-up, difiktifkan, dipelintir hingga diolah seolah-olah merakyat. Ini sulap. Sejumlah trik hadir menyaru dalam kepentingan rakyat yang palsu.


geulanceng kali ini menghadirkan "geureuda" sebagai motivasi untuk para pesulap anggaran untuk terus istiqamah menyulap agar tidak selalu merasa diri miskin.

Walau bagaimana pun, Pesulap anggaran bisa berada di mana saja; ibu rumah tangga yang mengalihkan uang belanjaan untuk kepentingan pribadi dalam bentuk penumpukan barang-barang kosmetik dan baju khusus menghadiri khanduri, distributor pupuk subsidi, keuchik penyulap raskin bahkan sampai panitia mesjid.

Kita  percaya, dalam kerumunan geureuda pasti ada orang-orang yang tetap menjaga keinginan untuk memiliki barang yang bukan hak-nya, masih berlimpah. DPRA kita yang diisi tidak sembarang orang, meskipun hingga hari ini bekerja atas kehendak partai, tak semua berbirahi geureuda. Walau resiko untuk itu cukup puas tersudut di ruang sidang.

geulanceng, sebagai produsen kaos yang blak-blakan, melihat fenomena geureuda memang sudah tertanam bahkan jauh sebelum seseorang kenal dan dekat dengan objek yang hendak ia 'sulap'. Anggaran Negara contohnya. DPRA atau siapa saja yang pernah mencicipi lezatnya menjadi anggota dewan, tahu benar nikmat yang tidak pernah mereka dustakan ini. Walau selama menjadi wakil rakyat, kerjanya ngupil sambil sembunyi-sembunyi. Karena ngupil itu satu kesempatan yang nikmatnya jauh di atas membedah teori Marx saat dikpol kader baru bagi seorang mantan aktivis.

Demikian


2 komentar: