"Untuk hal-hal yang telah terpikirkan dan kemudian terlupakan, kami mengemasnya dalam desain-desain ingatan."
Sabtu, 25 Juni 2016

Kalian adalah orang-orang terpilih. Dari begitu banyak orang Aceh lainnya, hanya kalian saja mendapat beasiswa belajar di luar negeri. Hanya kalian saja yang akan mengenyam pendidikan di Belanda, Kanada, Inggris, Prancis, di Jepang, Korea Selatan, Mesir, Taiwan, Turki, Australia, Amerika, atau di negeri-negeri terjauh lainnya.

Hanya kalianlah yang bisa melihat dari dekat femininnya menara Eiffel, berselfi ria di Selat Bosphorus, di Piramida atau main salju-saljuan saat musim dingin menyelimuti Kanada. Atau (kalau mungkin) kalian akan bebas menghisap ganja di Belanda. Kalian akan berkesempatan menikmati itu semua di sela-sela libur kuliah tentu saja.

Apakah kalian beruntung? Tidak. Sekali lagi dengan tegas kami katakan: tidak! Kalian mendapatkan itu semua karena kalian memang layak mendapatkannya. Tak ada istilah keberuntungan, tidak bisa pula disebut kebetulan.

Kalian layak oleh sebab kepintaran kalian yang di atas rata-rata. Layak oleh sebab prestasi kalian yang membumbung tinggi. Layak oleh sebab kalianlah orang-orang yang gigih belajar, terus belajar, belajar, belajar lagi, lagi-lagi belajar pantang menyerah dengan segala keterbatasan yang ada. Sementara teman-teman seangkatan kalian di sini, yang setelah mendapat gelar sarjananya tidak lebih akan menjadi masalah bangsa. Kalian dengan pendidikan lanjutan di negeri-negeri terjauh akan tetap masuk dalam barisan harapan bangsa. Dan kepada kalianlah segala harap kami bersandar sepenuh hati. Harapan akan bertebarnya ilmu pengetahuan sebagaimana yang kalian bawa pulang setelah lulus nanti.

Peradaban sebuah bangsa hanya akan mengkilap-membahana apabila punya pondasi ilmu pengetahuan, digerakkan dengan sistem dan ditopang sepenuhnya oleh segala hal berdasarkan ilmu pengetahuan. Kita sama-sama tahu hal ini. Maka pantaslah kami menyandarkan banyak harap di pundak kalian untuk menjemput ilmu pengetahuan di negeri-negeri yang gilang gemilang peradabannya oleh sebab menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.

Di sini ilmu pengetahuan telah tak berfungsi. Ilmu teknik, ilmu kedokteran, ilmu keuangan, ilmu pertanian, dan lain sebagainya memang masih diajarkan dan dipelajari di banyak universitas. Tapi lihatlah. Jembatan, jalanan, trotoar atau gedung-gedung yang dibangun tak ubahnya mainan bongkar pasang. Semua hanya bertahan tak kurang dari sepuluh tahun atau bahkan banyak di antaranya yang seusia jagung. Ilmu kedokteran yang untuk mempelajarinya memakan banyak biaya kerap berakhir pada kasus-kasus malpraktik atau salah penanganan. Sementara ilmu sosial hanya membuat orang-orang menjadi tukang debat kusir di forum-forum resmi atau meja warung kopi, tapi malas beraksi. Hanya menghasilkan para pemberi wacana kerja tapi tak tahu harus memulai bagaimana.

Contoh-contoh kecil itu membuat ilmu pengetahuan yang ada di negeri kita nampak mencurigakan. Walau harus diakui bahwa kadar moral dan akal orang-orang kita telah turun di bawah rata-rata. Untuk itulah negeri ini perlu orang-orang seperti kalian yang sedang belajar di luar negeri. Yaitu orang-orang yang setelah lulus nanti, akan membawa ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya yang tentu saja include pula aturan moral cara pakainya. Kami yakin kedatangan kalian setelah lulus nanti ibarat kata pembaharu yang mencerahkan seluruh negeri.

Maka belajarlah dengan baik di sana. Selagi kalian hafal pelajaran di Azhar, mengurai logika di Leiden, memahami teknik di Leipzig, menguji teorema di Tokyo, merekam sejarah di Istanbul, mengulik filsafat di London, mempelajari kebudayaan di Melbourne, atau selagi kalian menilik tata keuangan di sekitar Manhattan, kami akan tetap terus menyokong dari sini. Serupa terus mengusahakan kucuran anggaran agar terus ada, tanpa putus hingga kalian lulus. Sementara kalian sibuk dan khusyu' dengan segala pelajaran, yakinlah kami di sini sama khusyu'nya dalam berdoa.

Menetaplah dengan betah di sana. Lupakan sejenak aroma Kupi Solong atau lezatnya keumamah bikinan emak. Abaikan sebentar rindu pada pacar atau tunangan. Tapi bukankah aplikasi semacam wasap, line, dan black berry messenger telah mampu memangkas ribuan mil jarak sedekat sekali rogoh ke saku celana? Aigh! Terlalu banyak sudah kami ceramah. Cukup segini saja kami kira. Selamat belajar para harapan bangsa.

O iya. Jika sepulangan kalian nanti kesini dan kebetulan bertemu dengan orang-orang yang memakai kaos bertulis kalimat,

"Jak kuliah luwa nanggroe
Cula-caloe mita beasiswa
Woe u gampong peugot penelitian
Rata piasan olah keu data."

Abaikan saja. Jangan gubris sama sekali apalagi harus tersinggung atau emosi. Tapi sudah barang tentu kalian mengerti kemana kalimat itu tertuju, dan kenapa? Kalian yang terpelajar pasti tahu jawabannya.[]

2 komentar: