"Untuk hal-hal yang telah terpikirkan dan kemudian terlupakan, kami mengemasnya dalam desain-desain ingatan."
Sabtu, 22 Februari 2014

Mungkin tidak satu pun di antara kita (yang hidup dewasa pada zaman payah) yang tak ingat dengan kata pungli. Kecuali kalau pun ada maka ianya bisalah dianggap sebagai pengidap pikun dini yang untuk menyembuhkannya dibutuhkan semacam pengobatan khusus seperti terapi. Kata pungli bagi kita yang pernah hidup di zaman konflik adalah kata murahan yang bisa didapati dengan mudah saban hari di berita-berita harian. Biasanya kata ini termuat dalam berita yang kolomnya bersisian dengan berita bertajuk seperti, "Dua tewas, empat luka-luka, bla bla bla."

Pungli adalah singkatan dari dua kata: pungutan dan liar. Sama dengan pungutan liar.

Pada zaman ketika truk reo beraneka jenis ukuran masih berseliweran di hampir seluruh ruas jalan yang ada di Aceh, kata ini hadir (seperti) untuk mengimbangi idiom-idiom serupa Sibak Rukok Teuk dan Radio Meuigoe, atau kata-kata lain yang hanya diketahui oleh para pemegang radio (baca: handy talky). Kata pungli hadir dibarengi maraknya palang zig-zag di ruas-ruas jalan yang di sisi kiri atau kanannya berdiri pos-pos pengamanan. Dan jika kita kuras memori lebih kuat lagi, kata ini juga hadir beriringan dengan kata sweeping di mana KTP Merah Putih adalah modal utama untuk menyelamatkan tubuh berikut nyawa kita darinya.

Begitulah, kita yang telah lepas dari hari-hari naas begitu rupa hanya patut bersyukur kepada Allah ta'ala sembari tak lupa mengirim do'a bagi orang-orang yang telah disuruh pulang dengan paksa.

Tapi ihwal kami mengangkat kata pungli dalam desain baju berikut gambar perkakasnya tak lain hanyalah untuk saling mengingat saja. Sebab bukan tidak mungkin seiring bergantinya zaman, yaitu dari zaman cek-cok berganti ke zaman jabat tangan, pungli tetap saja berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Lebih-lebih zaman politik yang tak menentu begini. Pungli bisa saja menggerogoti kita orang-orang lemah dari segi kekuasaan. Pungli bisa pula dilakukan para (calon) politisi yang titel akademisnya didapat dari skripsi atau tesis tempahan.

Saran kami, untuk menghadapi perlakuan menjajah seperti pungli, anda tidak mesti membeli produk baju kami. Cukup kuatkan iman, beranikan hati, serta kuasailah sejarah sebagai penguat ketika anda diajak adu mulut. Tapi jika suatu ketika si pemungli menodong anda dalam tindak kekerasan, ingat, jurus-jurus tae kwon do atau kung fu tak akan banyak membantu. Kecuali dengan sigap anda mengambil dan menghantamnya dengan batu. Begitu![]

0 komentar:

Posting Komentar