Tentu saja, Geulanceng hanya untuk orang-orang yang belum terjamin masuk surga. Dan sudah sangat tentu pula ia lahir untuk orang-orang yang tak ingin masuk neraka. Geulanceng hadir di tengah kesibukan kita.
Geulanceng lahir bukan untuk mempersempit naluri
konsumsi. Geulanceng hadir ke tengah-tengah keriuhan warung kopi, di tengah riangnya
keluarga muda, di tengah kesibukan meja-meja kantor pejabat kita. Geulanceng hadir
tidak untuk membatasi keinginan kita mengoleksi pakaian. Geulanceng hadir
persis seperti wajah-wajah segar remaja sekolah di pagi hari. Tapi Geulanceng bukanlah
sirup. Ia tak layak dihidangkan di perhimpunan-perhimpunan kekerabatan.
Geulanceng
juga bukan keurupuk mulieng yang akan menambah nafsu di meja makan. Geulanceng
tidak juga secangkir kopi. Tak akan menambah nikmat jika dinikmati dengan bada
atawa pisang goreng. Geulanceng bukan anggota dewan terhormat tempat kita
berharap bisa menyambung lidah rakyat.
Geulanceng
lahir setelah kita capek terbahak-bahak menikmati sandiwara perang dan panggung
hiburan politik. Dan untuk menyajikannya dalam kemasan menggelitik, dibutuhkan orang-orang berselera humor di kampung maha lucu
ini. Sementara untuk menertawai kejanggalan-kejanggalan, mestilah kiranya ada
media-media tertentu yang sepaham dengan logika-logika jama’ah orang kita.
Jika kita
berdiri di jalanan sambil bergandeng tangan meneriakkan kebenaran, sementara
kita berusaha melindungi kulit dari kejamnya ultra violet, ini
adalah salah satu kejanggalan yang kita maksud. Kita butuh
media tepat untuk mewakilkan ‘suara’ agar menggema ke seantero dunia. Ke kantong-kantong
kebejatan dipelihara dan beranak pinak. Kita tak butuh televisi untuk
meyuarakan yang benar. Bukankah sudah cukup bukti bahwa wakil kita di
gedung rakyat telah berkhianat atas nama kepentingan dengan sangat sopan?
Seperti
bunyi iklan yang menawarkan hal-hal tak masuk akal. Geulanceng bukan mesin
agitasi partai politik mana pun; dan tak akan masuk ke kamar partai politik mana
pun, untuk kemudian bersebadan dengan dilatari kepentingan apa pun.
Geulanceng
adalah ‘boh grek-grek’ yang mengusir tulo lam blang raya dengan
keriuhannya. Jika anda temukan Kaos Geulanceng dipakai oleh orang partai,
berarti kita masih ‘seiman’ dalam menghayati galau sosial. Maka, geulanceng tak
beda jauh dengan geulawa yang bisa saja sewaktu-waktu kita lempar untuk
mencegah pancuri tujoh masuk geureupoh.
Bivak
Emperom, KamarKerja Komunitas Kanot Bu, Januari 2012.
Keureupuk Mulieng = Keripik Melinjo
Bada = Pisang Goreng
Boh grek-grek = Batu yang dimasukkan dalam kaleng untuk menghalau burung
Tulo lam blang raya = Burung pipi dalam sawah
Geulawa = Sesuatu alat yang dipakai untuk melempar
Pancuri tujoh = Pencuri tujuh
Geureupoh = Kandang.
0 komentar:
Posting Komentar